THE BASIC PRINCIPLES OF REKOMENDASI BUKU SIRAH NABAWIYAH

The Basic Principles Of rekomendasi buku sirah nabawiyah

The Basic Principles Of rekomendasi buku sirah nabawiyah

Blog Article

Beliau sendiri adalah lambang dinamika yang tak kenal istirahat. Selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan di rumah sendiri seperti menjahit pakaian, membersihkan alas kaki, mencuci pakaian dan menyapu rumah. Tentu saja di sekelilingnya terdapat sahabat-sahabat yang bersedia mengerjakan semua itu tetapi Rasulullah ingin mendidik sahabatnya dengan memperlihatkan contoh dan memberi tauladan yang baik. Tatkala pada suatu hari beliau lewat di tempat ahlussuffah dan melihat banyak kotoran yang bertebaran di sekitarnya, beliau langsung memanggil Abu Dzar untuk mengambilkan sapu dan mulailah membersihkan tempat yang kotor tersebut. Menyaksikan hal itu, Abu Dzar berteriak menangis dan berkata “Demi Allah, Wahai Rasulullah, sia-sialah hidup kami jika paduka mengerjakan hal itu untuk kami”. Ia lalu mengambil sapu dari tangan Rasulullah kemudian memanggil kawan-kawannya, dan dalam sekejap tempat itu menjadi bersih. Saat itu Rasulullah berkomentar: “Beginilah cara hidup muslim yang sejati. Jangan biarkan kotoran bertebaran di sekitarmu”. Kediaman Rasulullah sendiri adalah lambang kebersihan. Beliau tidak tahan melihat sesuatu yang tidak bersih. Tidak senang pula terhadap penampilan yang tak rapih. Suatu kali Anas ibn Qatadah menghadap dalam pakaian kotor dan jenggot yang tidak dicukur rapih. Sebelum ia buka mulut, Rasulullah sudah mendahuluinya dengan teguran “Wahai Anas, bukankah kamu sudah mempunyai isteri yang memperhatikan dirimu? Jawab Anas: Benar, Ya Rasulallah. Kata Rasulullah lagi “Kembalilah ke rumah dan minta isterimu merapikan rambut-rambut itu, mandi dan tukar pakaian. Wahai Anas, kamu sebagai orang terpandang tidak pantas berpenampilan begini”.

Metode penulisan buku sirah nabawiyah ini, satu peristiwa diikuti dengan analisa atau fiqih sirahnya. Analisanya relatif lebih panjang daripada pemaparan peristiwanya. Ia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan banyak penerbit. Antara lain Rabbani push

Demikianlah beberapa contoh kami ajukan guna meyakinkan para pembaca bahwa kita perlu menelaah kembali Sirah Nabi dengan pendekatan baru agar perjalanan hidup Rasulullah betulbetul menjadi obor penerang jalan bagi perjuangan kaum muslim di setiap tempat dan waktu. Cukup sampai di sini penulis menjelaskan bagaimana pentingnya pendekatan sejarah dan besarnya hasil guna yang dapat diperoleh jika melalui pendekatan sejarah kita mampu memahami Sirah dan menangkap subtansi historisnya. Pelbagai dimensi Sirah yang tadinya masih samar-samar kini sudah bertambah jelas, seperti kesimpulan kita mengenai al-maghazy sebagai suatu kesatuan peristiwa-peristiwa sejarah yang secara historis saling mengikat satu sama lain. Pendekatan sejarah, sekali lagi, tidak mengurangi nilai pendekatan emosional keagamaan, karena ia akan mempertinggi rasa keagamaan dan mengembangkan kesukaan membaca Sirah. Tetapi pendekatan sejarah memiliki keistimewaan karena di samping berdialog dengan hati juga berdialog dengan akal sehingga tujuan yang akan dicapai dari pelajaran Sirah diusahakan seefektif dan sesempurna mungkin.

This is not necessarily a problem as the writer is masking the entire sirah in one guide so perepheral factors might be described in brief or overlooked. It just felt odd as an incident can be place briefly but then One more tiny element might be expounded in many paragraphs.

it's so fantastically prepared which the authors words radiates his appreciate for your prophet ﷺ. It moves each and every little bit in you and from time to time make you weep sensation the struggles that the Prophet ﷺ and his companions had confronted. every single chapter is published trying to keep in mind the time of an function that befell in the life of Prophet ﷺ, Shayk Abul Hasan ‘Alī Nadwī also guided us by his text with political, cultural and climatic backgrounds which was not performed so successfully in any other ebook to the Seerah. in almost any Seerah reserve, the farewell chapter is the hardest to read, it took me a few days to get to it and the way in which it is actually composed Within this e-book breaks your coronary heart. SubhanAllah! under no circumstances a human can at any time have and impact like that of Prophet Muhammed ﷺ.

Bakr memperhitungkan bahwa pertemuan akan dilangsungkan untuk bermusyawarah di mana kesepakatan mayoritas akan menentukan. Ia menyadari bahwa orang-orang al-muhajirin tidak mempunyai harapan untuk menang tanpa bantuan kelompok besar yang datang secara mendadak seperti yang dilakukan oleh Aslum dan kaumnya. Jika argumentasi ini tepat berdasarkan sumbersumber yang ada maka wajar jika semua ini adalah hasil rekayasa yang amat baik dan jeli oleh Abu Bakr. Orang-orang Aslum adalah kaum muslim yang merupakan anggota masyarakat Islam. Meminta dukungan mereka dalam kondisi seperti ini adalah logis, konstitusional dan ada hikmahnya sebab dari mana orang-orang al-muhajirin dapat memperoleh dukungan suara banyak di tengah lautan manusia dari al-anshar yang diantara mereka ada yang berpikiran seperti AlHubab. Tentu umat akan terancam berantakan. Menurut Al-Hubab jika harus terpaksa, orangorang al-anshar memisahkan diri seperti sedia kala dan menentang pemerintahan orang-orang almuhajirin. Suatu ancaman perseteruan sengit yang mengerikan. Maka siapakah yang mampu memimpin umat ini sekiranya Abu Bakr tidak melakukan rekayasa dan perencanaan baik yang sangat menguntungkan itu? Jika orang-orang al-anshar cenderung menggunakan kekerasan sesungguhnya Abu Bakr lebih memprioritaskan permusyawaratan untuk mufakat. Dan dengan sikap seperti ini ia telah menyelamatkan umat dari ancaman kebinasaan. Bahkan seandainya Ali ibn Abi Thalib hadir dalam pertemuan niscaya ia tak mampu memenangkan pergelutan karena dibutuhkan kelompok besar untuk membentuk mayoritas. Sungguh Abu Bakr telah menangani persoalan dengan cara demokratis dan memenangkannya melalui suara mayoritas. Banyak di antara penulis kita tidak menyadari bahwa Ali ibn Abi Thalib saat itu baru berusia lebih dari 30 tahun sedangkan Abu Bakr sudah lebih dari sixty tahun. Perbedaan usia mereka berselang thirty tahun. Dalam hal posisi dan kepribadian mereka hampir sama.

بين فترة وفترة أحب أن اراجع سيرة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم ووقع الاختيار على هذا الكتاب للسيد أبي الحسن الندوي ، سيرة مختصرة ملمة شاملة ⭐️

فلا يسعني القول في هذا الكتاب سوى أنه زادني فوق حب المحبين حباً لنبي الرحمة عليه الصلاة والسلام.

pada perang Badr dan Khaebar? Mereka tidak hadir karena satu alasan, yaitu bahwa 'kelompok perencana' menyadari bahwa jika tidak melakukan antisipasi preventif akan kehilangan kontrol dan tak dapat menguasai keadaan di tengah mayoritas kaum al-anshar berikut prioritas bani Hasyim yang click here perlu dikedepankan pada situasi yang genting ini. Pertanyaan-pertanyaan dan persoalan yang penulis ajukan bukanlah hasil renungan terhadap jalannya peristiwa belaka melainkan fakta, yang penulis akan uraikan lebih lanjut beserta buktibuktinya pada paragraf berikutnya. Barangkali sebagian dari argumentasi itu dapat diajukan sekarang dan kita akan menyaksikan kenyataan bahwa begitu Rasulullah pindah ke rumah Aisyah dan tampak penyakitnya semakin keras serta diperkirakan ajalnya sudah dekat, persoalan lantas menjadi urusan politik. Suatu perencanaan masa depan (suksesi) mulai dicanangkan dan yang paling pertama mengambil prakarsa dalam hal ini adalah Abu Bakr dan Umar termasuk Abu Ubeidah, Sa'd ibn Abi Waqqash dan juga barangkali Al-Mughirah ibn Syu'bah. Kami menilai pandangan mereka tepat dan kami memuji pula langkah-langkah mereka karena bahaya yang sedang mengancam tidak boleh dibiarkan tergantung kepada kondisi. Umat yang sedang bangkit dengan kekuasaan yang meluas mencakup seluruh semenanjung Arab bahkan sedang merambah ke luar; demikian pula harta kekayaan yang terkumpul yang meski jumlah banyaknya sedekah tidak begitu berpengaruh dalam kehidupan umat namun sebagai kekayaan yang merupakan lambang kesatuan umat , semua itu tidak boleh dibiarkan tergantung kepada keadaan dimana jika terjadi kerusuhan suatu umat besar akan hilang begitu saja? Kembali mengikuti perkembangan situasi di mana Musa ibn 'Uqbah berkata: "Tatkala Nabi SAW jatuh sakit para isterinya berkumpul melayaninya beberapa hari dan beliau pun selalu mengimami shalat. Suatu saat kala azan dikumandangkan beliau memerintahkan mu'azin untuk memberitahu Abu Bakr agar memimpin shalat; Aisyah sempat mengomentari permintaan Rasulullah dan mengatakan: Abu Bakr terlalu halus perasaan sehingga jika didudukkan pada posisimu ia akan menangis, mengapa bukan Umar saja?

Sungguh ringkasan Sirah yang ditulisnya sebagai pengantar al-Isti'ab adalah kitab Sirah yang paling bernilai meskipun sangat uncomplicated. Hal yang sama berlaku bagi 'uyun al-atsar karya Ibnu Sidinnas. Barangkali, yang lebih layak dipercayai dalam hal ini adalah riwayat Imam Bukhari dalam kumpulan Hadis-hadis shahihnya yang merupakan induk segala buku Hadis dan buku sejarah yang menguraikan Sirah Rasulullah. Oleh sebab itu kita akan memilih salah satu riwayatnya yang lebih sesuai dengan logika sejarah, sebagai riwayat standar yang kita andalkan, selanjutnya dapat ditambah dari berbagai sumber untuk menyempurnakan gambaran yang akan kita jelaskan. Berikut riwayat Imam Bukhari berdasarkan isnad28nya dari Hisyam ibn 'Urwah dari ayahnya dari Aisyah RA. Hadis ini kami pilah-pilah menjadi beberapa paragraf untuk memudahkan analisis. “Berkata Aisyah RA. : 1. Pertama kali Rasulullah berhubungan dengan wahyu melalui mimpi benar dan nyata ibarat menyaksikan fajar menyingsing; two. Kemudian beliau merasa senang melakukan khalwat (menyendiri) selama berhari-hari di Gua Hira hingga perbekalannya habis, lalu kembali ke Khadijah mengambil bekal untuk hari-hari berikutnya; 3. Sedang berada di Gua Hira kebenaran datang kepadanya berupa malaikat yang menyuruhnya membaca. Beliau bersabda:“Jawabku, bukanlah aku seorang pembaca”. Beliau bersabda: “malaikat itu merangkul dan memeluk tubuhku hingga merasa tak berdaya, kemudian melepasakan dan menyuruh membaca, aku jawab: “bukanlah aku seorang pembaca”, lalu malaikat itu merangkul dan memelukku lagi seperti semula hingga merasa tak berdaya, kemudian melepaskan dan menyuruh aku membaca; “aku 28

Jika Muhammad sendiri sampai saat dan detik itu belum terlintas dalam benaknya bahwa beliau akan menjadi Nabi, bagaimana mungkin terbetik dalam benak Khadijah? Kemudian apakah gerangan yang membangkitkan bisikan hatinya? Apakah ada dalam dialognya dengan Muhammad yang menunjukkan hal itu? Pertanyaan yang bernada kritik ini sengaja kami ajukan untuk lebih memperdalam kesan bahwa kita harus sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata yang digunakan untuk menguraikan sejarah hidup Rasulullah. Susunan kata yang memperhatikan gaya sastra nan indah hanyalah akan mengaburkan masalah dan menghalangi kita memahami dan mencerna susbtansi sejarah. Pemahaman itu sendiri akan jauh lebih indah dan lebih mengena dari pada memilih gaya bahasa sastra, apatah lagi jikalau gayanya cuma merupakan ciplakan dan cuplikan dari tulisan seorang orientalis Perancis seperti Emile Dermenghem. Dalam quantity II buku Tarikh al-Islam karya Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman az-Dzahaby tercatat pengakuan Musa ibn ‘Uqba dalam bukunya, al-magazy bahwa ketika Rasulullah merasakan beban berat dari mimpi-mimpinya dan menceritakannya kepada Khadijah, Allah SWT melapangkan dadanya dan memeliharanya dari sikap ingkar sehingga ia menenangkan suaminya dengan mengatakan "suatu tanda kebaikan". Kemudian beliau menceritakan bahwa dadanya dibelah lalu dicuci, dibersihkan dan ditutup kembali seperti sedia kala, ia berkata "ini betul-betul pertanda kebaikan, maka bergembiralah". Pernyataan 'Uqbah yang menegaskan bahwa Allah melapangkan dada Khadijah untuk percaya dan memeliharanya dari sikap ingkar 36

Di antara cara menumbuhkan dan mempertebal kecintaan tersebut ialah dengan mengenang sejarah hidup serta perjuangan beliau mendakwahkan Islam di Jazirah Arab fourteen abad silam.

Sejarah kehidupan bangsa Arab sebelum Islam adalah sejarah peperangan. Catatan-catatan sejarah mereka sarat dengan cerita pertempuran dan kepahlawanan. Tapi seluruh peperangan tersebut adalah peperangan suku yang berlangsung dengan cara saling 'tantang-menantang' antara yang di'jago'kan dari kedua belah pihak. Justeru bukan sebagai peperangan dalam bentuk perang militer, kecuali -barangkali peperangan dzi qar- yang berhasil mengakhiri ancaman Persia terhadap orang-orang Arab keluarga Syaiban dan Rabi'ah dan cabang-cabangnya dari suku Qaes 'Aylan yang berinduk ke Mudlor dan yang hidup di perbatasan. Termasuk dalam catatan penting sejarah bangsa Arab juga peristiwa khuzazi atau khuzaz di mana sejumlah besar cabang-cabang suku Ma'd ibn 'Adnan menghimpun diri melawan pasukan Jemeir di bawah pimpinan Kuleib ibn Wail, pahlawan yang dikenal dengan nama Sayyid Rabi'ah. Tapi perang Badr yang terjadi pada tanggal seventeen Ramadlan 2H/13 Maret 624M adalah peperangan pertama yang layak dinamakan perang, dan tentara Islam yang berangkat menuju Badr betulbetul merupakan pasukan militer yang pertama kali dikenal dalam sejarah mereka. Kaum Qureisy sendiri sebenarnya berangkat ke Badr bukan dalam bentuk sebagai angkatan perang melainkan sebagai kelompok 'jago'an yang ingin pamer kekuatan dengan anggapan bahwa persoalan yang akan dihadapi tidak akan lebih dari sekedar 'tantang-menantang' antara kedua belah pihak kemudian akan dihelai oleh salah seorang kepala suku sebagai penengah dan masing-masing menerima usulan untuk berdamai. Persoalan kemudian dapat diakhiri dengan membayar ganti rugi atau denda, lalu jalur niaga terbuka dan selesai. Tapi pukulan pertama yang diarahkan pasukan Islam dan menewaskan tiga tokoh Qureisy dalam waktu yang sangat singkat telah menggoyahkan dan menurunkan semangat tempurnya.

Rasulullah yang memberikan nama itu dan hingga kini masih tercatat dalam literatur. Ketiga, Huseikah terletak di pegunungan Dzubab yang cukup masyhur dalam georafi Madinah karena pernah menjadi ajang peperangan dahsyat antara golongan 'Aous dan Khazraj di satu pihak dengan kaum Yahudi di pihak lain untuk menguasai Madinah. Ini adalah knowledge baru yang amat penting. Keempat, dari ungkapan Khallad ibn Amr ibn al-Jumuh dipahami bahwa ia dengan membaca situasi dapat meramalkan perang akan meletus dan optimistis kaum muslim akan memenangkannya. Berbeda dengan Asyad ibn Khudeir yang tidak membaca situasi sehingga tidak ikut perang. Kelima, Sa'd ibn Abi Waqqash telah membeli sumur Buyut al-Suqya seharga dua unta muda yang sama dengan tujuh awqiya emas. Ini berarti satu unta muda (waktu itu) seharga 3.five awqiya. Satu awqiya sama dengan bobot satu dinar, yaitu 2.four gr. emas. Hal ini amat berarti dalam menggambarkan kehidupan ekonomi Madinah kala itu, karena kita dapat mengetahui bahwa unta adalah mata uang yang digunakan dalam jual beli. Satu unta sama dengan sepuluh kambing. Seorang pembunuh hukumnya didenda seratus unta. Dengan demikian kekayaan seseorang dapat dinilai dengan seberapa jumlah ekor unta yang dimiliki.

Report this page